TELADAN NABI MUHAMMAD DALAM MENGHADAPI WABAH
Oleh : Ani Muzayaroh
Hari-hari ini dan mungkin dalam beberapa
hari ke depan, pesan-pesan tentang pentingnya menjaga kesehatan
menghampiri smartphone kita. Ada yang berupa meme, tausiyah,
video, voice, dalil Alquran dan hadis, serta artikel pendek yang
ditulis oleh pakar ataupun dari instansi atau lembaga terkait. Semua pesan itu
muaranya sama, yakni mencegah terjadinya penyebaran wabah Covid-19.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim
terbesar di dunia, mestinya kita tahu bahwa pesan untuk selalu menjaga
kebersihan sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW sekitar 14 abad
yang lalu, baik melalui ucapan maupun teladan langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Tujuanya agar umat manusia menjadi orang yang sehat dan kuat, baik jasmani
maupun rohani.
Dalam
sebuah hadis disebutkan: “Seorang mukmin yang kuat (fisik, mental, jiwa, dan
raga) lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah;
dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR Muslim).
Walaupun Nabi Muhammad SAW bukan seorang
dokter, beliau atas bimbingan Allah SWT selalu mengingatkan umatnya untuk
senantiasa menjaga kebersihan. Caranya, kita bisa aktif melakukan aktivitas
membersihkan diri dan lingkungan sekitar agar tetap bersih. Bisa juga hal ini dilakukan
dengan cara pasif, yakni tidak mengotori lingkungan sekitar dengan cara berdiam
diri.
Ketika menghadapi wabah penyakit yang
mematikan, Rasulullah SAW mengingatkan,"Tha'un (wabah
penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk
menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar
penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu.
Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu
lari darinya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi
bagi yang sedang sakit dengan yang sehat agar penyakit yang dialaminya tidak
menular kepada yang lain. Hal ini sebagaimana hadis: "Janganlah yang sakit
dicampurbaurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah). Dengan demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan
diminimalisasi.
aktivitas inilah yang sekarang dikenal dengan social
distance, yakni suatu pembatasan untuk memutus rantai penyebaran wabah
Covid-19. Caranya adalah jauhi kerumunan, jaga jarak, dan di rumah saja.
Kegiatan social distance tak hanya dalam muamalah seperti
pendidikan, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, pemerintahan, dan
sebagainya yang langsung berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga dalam
ibadah.
Dengan demikian, shalat berjamaah di
masjid boleh diganti dengan salat di rumah. Shalat Jumat pun boleh diganti
dengan salat Zhuhur di rumah guna menghindari wabah penyakit. Inilah yang
kemudian dalam hadis yang dijadikan kaidah fikih, yakni la dharara
wala dhirar; 'tidak boleh berbuat mudarat dan hal yang menimbulkan
mudarat' (HR Ibn Majah dan Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah ibn 'Abbas),
dijadikan pedoman untuk menghindari mudarat yang lebih besar.
Nabi Muhammad juga sangat mendorong umatnya
untuk mematuhi praktik higienis. Gaya hidup sehat akan membuat orang tetap
sehat dan aman dari infeksi. Karena itu, dikatakan dalam hadis: “Kesucian itu
sebagian dari iman.” Di antara cara menjaga kesucian adalah mencuci tangan. Hal
ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis: “Barang siapa tertidur dan di tangannya
terdapat lemak (kotoran bekas makanan) dan dia belum mencucinya, lalu dia
tertimpa oleh sesuatu, janganlah dia mencela melainkan dirinya sendiri.” (HR
Abu Daud).
Dalam hadis lain, dari Abu Hurairah RA bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang dari kalian berwudhu,
hendaklah memasukkan air ke dalam hidung, kemudian menyemburkannya. Siapa saja
yang ber-istijmar (bersuci menggunakan batu), hendaklah
mengganjilkan. Dan, jika seseorang dari kalian bangun dari tidurnya maka
hendaklah mencuci kedua (telapak) tangannya sebelum memasukkannya ke dalam
bejana tiga kali. Maka, sesungguhnya seseorang dari kalian tidak mengetahui ke
mana tangannya bermalam." (HR Bukhari).
Uraian tersebut menjelaskan tentang
beberapa upaya preventif yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya wabah
penyakit termasuk penyebarannya, yakni menjaga kebersihan, isolasi, dan cuci
tangan. Namun, terkadang, penyakit tetap saja datang yang menyebabkan terjadinya
sakit. Sehingga, harus ada upaya kuratif untuk mengatasi agar sembuh dari
penyakit yang dialaminya.
Upaya kuratif yang dilakukan, sebagaimana disarankan oleh
Rasulullah Muhammad SAW, adalah berobat. Terbukti bahwa penyakit akibat
Covid-19 bisa disembuhkan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis:
"Aku pernah berada di samping Rasulullah SAW. Lalu, datanglah serombongan
Arab dusun. Mereka bertanya, 'Wahai, Rasulullah, bolehkah kami berobat?' Beliau
menjawab, 'Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab, Allah tidaklah
meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu
penyakit.' Mereka bertanya, 'Penyakit apa itu?' Beliau menjawab, 'Penyakit
tua.'" (HR Ahmad, Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah,
dan at-Tirmidzi).
Melihat kondisi sekarang ini, dengan penyebaran
wabah pandemik Covid-19 begitu masif, sementara di sisi lain fasilitas layanan
kesehatan yang ada terbatats dan masih belum memadai seperti ruangan isolasi,
peralatan medis, tenaga medis, dan vaksin; yang paling efektif adalah menjaga
kesehatan diri kita sendiri.
Hal itu lebih mudah, murah, dan efisien. Setidaknya
dengan menjaga kesehatan diri, resiko yang mungkin akan timbul akan berkurang
serta. Cara tersebut juga dapat membantu meringankan sesama.
Karena itu, menjaga kebersihan diri,
keluarga, dan masyarakat sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW, menjaga
jarak, menjauhi kerumunan, tetap melakukan aktivitas dari rumah, menaati
anjuran pemerintah sebagai otoritas yang berwenang, serta berdoa agar terhindar
dari penyebaran penyakit menular merupakan ikhtiar yang bisa kita lakukan untuk
mencegah agar terhindar dari wabah sebaran Covid-19. Wallahualam.
Sumber : Republika co.id
Komentar
Posting Komentar